Sabtu, 14 Desember 2013

Mencari Jati Diri yang Hilang

Hari itu,, Ntah apa yang membawaku ke tempat ini. Tempat dimana semua orang berkumpul karena keimanannya. aku berdiri di depan kaca, kuperhatikan penampilanku yang jauh berbeda dari mereka. Balutan jilbab panjang dan gamis besar menutupi aurat, tak sedikit juga yang menggunakan cadar. Sedangkan aku, aku berbalut pakaian seragam, yang jilbabnya tak juga menutupi dada. . Ku hembuskan nafas ku dalam-dalam, dalam hati ku semangati diriku, tak mengapa berbeda, tapi niat kita adalah sama, mencari ilmu yang berguna di dunia dan di akhirat..

Perlahan ku langkahkan kaki menuju ruang besar yang telah menanti, aku tak sendiri di sini, aku bersama beberapa orang temanku. Kami duduk berkelompok, bukan karena tak mau berbaur tapi saat itu memang tak ada yang ku kenal selain temanku. Tak lama acara yg di nanti pun di mulai. Yah sebuah kajian muslim khususnya bagi para pemuda dan pemudi yang haus akan ilmu, yang berada di persimpangan mencari jati dirinya. . "Pemuda di Persimpangan Jalan"

Lokasinya cukup jauh dari tempatku berada, tepat nya berada di kawasan Universitas Indonesia, Salemba, sedangkan aku berada di Cilandak. Tapi tak ku sesali sedikitpun perjalananku hari itu, bahkan hari itu adalah nikmat terbesar yang kurasakan yg akan selalu terkenang sepanjang hidupku. Kami, kaum akhwat berada di lantai 3. kami hanya bisa memperhatikan pengisi acara melalui sebuah layar proyektor. Itu bukan masalah besar, karena niat dan tekad yg kuat membuatku tetap berada nyaman di sana.

Ketiga pembicara hari itu adalah ustadz ustadz yg sudah jelas ilmunya jauh melebihi diriku, karena itu aku berada di sini, mencari ilmu untuk bekal hidupku. Tema yang di angkat tak jauh dari masalah para remaja saat ini, tentang 'Cinta' atau bisa di bilang 'Pacaran'. Semua umat muslim pasti tau, agama kita tak mengenal kata 'Pacaran', tapi gaya hidup dan lingkungan membuat kita melupakan semua. Termasuk aku, saat itu aku telah melanggar perintah Allah, aku berpacaran, seperti anak muda lainnya. Aku beralasan, toh pacarku jauh, aku LDR, dan ketemu pun sangat jarang, jadi aku pikir nggak masalah jika aku pacaran. Tapi tidak seperti yg hari itu aku dapatkan, aku salah.

Mulanya bersama pembicara pertama hati ku tak tersentuh sedikit pun, aku merasa pembicaraan ini biasa saja. Hingga masuk pada pembicara kedua. Ustadz yg hmm aku lupa namanya itu, dia bericara dengan sangat tegas dan lantang, saat itulah aku hanya bisa terdiam, pikiranku melayang ntah kemana. Perlahan setiap kata yg terucap olehnya mulai menusuk hatiku. Ketegasannya yg meyatakan sekecil apapun bentuk 'Pacaran' itu, tetaplah sebuah larangan dan merupakan perbuatan yg mendekati zina, dan tentu saja sangat dilarang oleh Allah SWT. Aku mulai teringat bagaimana Allah selalu ada untuk ku, menjawab doa-doaku dan selalu mengingatku, tapi mengapa tak jarang aku melakukan perbuatan yang jelas sudah dilarang-Nya. Ya Allah ampunilah dosaku... 

Terngiang oleh ku ucapan ustadz itu, bagaimana jika hatimu telah mati? Tak lagi kau tenang mendengar ayat suci-Nya, tapi kau lebih menyukai lagu-lagu modern yg liriknya justru berisi bisikan-bisikan syetan. Ketika kamu tak lagi merasa nyaman ketika berada dalam sebuah majelis, yg kau rasakan hanyah kebosanan, kejenuhan dan tak jarang kau menggurutu. Dan adalah ketika kakimu terlalu berat untuk melakukan shalat malam, bahkan kau membiarkan tidurmu terbalut dalam mimpi-mimpi tiupan syetan. Naudzubillah... 

Terkadang hati yg bebal ini selalu menentang, "ah aku kan pacaran jauh, jadi ga mungkin melakukan zina, ah aku bisa kok menjaga diri, lagian pacar aku kan baik". Namun siapa yg bisa menebak kapan syetan itu akan menjerumuskan kita? siapa yg bisa menebak apa yg akan terjadi di masa depan? Tidak ada yg tau. Sesungguhnya Allah melarang kita karena perbuatan itu tak ada manfaatnya, justru bahaya lah yg menanti kita. Seperti saat ini, begitu banyak gadis-gadis yg hamil di luar nikah, apa yg di dapat? Hanya malu. mungkin awalnya hanya telpon, sms, jabat tangan. Tapi lama kelamaan, syetan itu akan terus menggodamu, pelukan, bercumbu lalu terjadilah perbuatan haram itu.. Sesungguhnya jika kau tak mau menghindarinya, maka nikmat syetan lah yg akan kau terima di dunia ini..

Disitulah ketakutanku datang, yah benar, tak ada yg tau apa yg akan terjadi di masa depan, syetan tak akan berhenti untuk menggoda manusia. Wahai teman-temanku ingatlah, dosa kita tak hanya kita yg menanggungnya, tapi juga kedua orangtua kita sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada Allah atas apa yg telah dititipkan-Nya. Tidakkah kita menyayangi kedua orangtua kita? Orangtua yg telah melahirkan, merawat dan membesarkan kita. Orangtua yg dengan kasih sayangnya selalu memenuhi kebutuhan kita, inikah balasan yg kita beri? Dosa dan neraka, apakah itu hadiah untuk mereka?

Tanpa bisa ku tahan, air mata ini terus menetes, meyesali semuanya.. Teringat akan orangtua yg selalu mengharapkan anaknya bisa tumbuh menjadi anak yg shalehah. Aku pun teringat tentang sebuah kisah, ada seorang bapak-bapak yg berada di surga. Tapi dia bertanya-tanya mengapa dia bisa ada di surga, sedangkan dosanya begitu banyak ketka di dunia. Lalu dia tanyakan hal itu pada Allah. "Wahai Allah, apa yg membuatku ada di dalam surga? Padahal aku telah banyak melakukan perbuatan dosa?" seketika Allah pun langsung menjawabnya "Sesungguhnya karena anakmu yg shaleh, yg tak pernah berhenti meminta kepadaku untuk mengampuni dosamu". Ya Rabb, begitu mulianya hati anak yg shaleh, yg doa-doanya selalu di jabah Allah..

Saat itulah ketakutanku bertambah, bagaimana jika aku bukanlah termasuk anak yg shaleh? Maka doa-doaku tak akan di dengar Allah? Lalu siapa yg nanti mendoakan orangtua ku? Siapa yg nanti akan membawa orangtuaku ke surga? Atau jangan-jangan karena aku, orangtuaku harus menanggung dosa-dosaku? Ya Allah, tak kuasa ku tahan air mata ini, begitu sakit, begitu pedih.. Aku takut Allah akan menutup hatiku, aku takut Allah akan pergi meninggalkan ku, aku takut Allah tak mau lagi mendengar doa-doaku..

Saat itu juga, ku bulatkan tekadku, tak peduli dengan perasaanku, aku tak ingin pacaran.. Aku tak ingin menodai cinta suciku yg hanya untuk Allah semata, dialah sesungguhnya Kekasih hati yg tak boleh kita duakan.. Ku akui, memang tak mudah, begitu banyak godaan saat aku mengambil langkah ini, tapi slalu ku kuatkan hatiku, aku percaya Allah tidak akan tidur, dia selalu ada untukku.. Banyak orang berkomentar, gimana kalo nanti ga ketemu sama jodohnya kalo pacaran? Saat itu aku hanya bisa menjawab, sekalipun kau berpacaran, apakah ada yg menjamin bahwa pacarmu adalah jodohmu? Aku hanya menyerahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, Dia akan selalu memberi yg terbaik bagi umatnya, aku percaya itu..

Sehari setelah hari itu, aku mulai menyadari perbedaannya. Hatiku saat ini jauh lebih tenang, jauh lebih percaya dan bertawakal atas apa yg Allah inginkan dariku, aku yakin Allah mempunyai rencana indah untukku. Mungkin ini yg orang-orang bilang hidayah, yg kita tak pernah tau kapan dan dimana akan menghampiri kta, dan ketika hidayah itu datang, sungguh kenikmatan dan rahmat lah yg kan kau peroleh, dan jaganlah kamu ingkari dari hidayah tersebut, karena belum tentu hidayah itu akan datang lagi untukmu..

Sekarang aku mengerti, kenapa pacaran itu dilarang. Ternyata setelah ku pahami, dosa pacaran itu tidak hanya datang dari perbuatan kita, tapi juga dari hati dan pikiran kita. Coba kita rasakan, saat kita pacaran, apa yg kita rasakan? Senang? Bahagia? Yah itu permulaan. Tapi ketika masalah mulai bermunculan, ketika kita sering berantem, ketika pacar kita sering marah-marah, apa yg kita rasakan? Sedih? Sakit? Takut Kehilangan? Adakah rasa sedih itu pernah hadir ketika kita melupaka shalat? Adakah rasa sedih itu hadir ketika kita berbuat dosa sekecil apa pun itu? Adakah rasa takut kehilangan itu hadir untuk Allah? Pernahkah kita merasa takut kehilangan Allah? Disitulah dosa kita, tanpa kita sadari, kita lebih mencintai pacar kita daripada Allah, pantaskah kita melakukan itu? Pantaskah kita menduakan-Nya?

Kita mungkin tidak menyadarinya, karena kita terlalu terlena oleh nikmat nya cinta, bahagianya pacaran. Tapi sebelum semua terlalu jauh, bisikkan dalam hatimu, rasakan, apa yg hati kecilmmu ucapkan. Selama ini kita berpikir ketika kita melakukan perbuatan dosa, sekali dua kali selamat, oh Allah masih melindungiku. Sesungguhnya Allah bukanlah melindungi kita, tapi Allah semakin berada jauh dari kita. Hingga Allah menegur kita dengan cobaan besar, apa tunggu saat itu kita baru akan sadar? Lantas jika kita tak mendapat teguran apapun, apakah berati Allah melindungi kita? Tidak. Justru itu berati kita telah jauh dari Allah.

Ini hanya sepenggal cerita anak remaja yg mencari jati dirinya, yang berada di persimpangan, dan mencari jalan kebenaran. Semoga kisah ini bisa bermanfaat bagi kita semua :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar